Senin, 23 September 2013

TUGAS HAM & GENDER


            Seorang mahasiswi bunga (bukan nama sebenanrnya), pada suatu kesempatan saya berbincang-bincang dengannya mengenai kehidupan pribadinya.
Dia berbagi pengalaman tentang hubungannya dengan seorang laki-laki. Dia mengaku dulu laki-laki itu menembaknya atau mengatakan cinta padanya, sebut saja nama laki-laki itu X. Hubungannya dengan X berjalan mulus. Bunga dan X membuat kesepakatan dalam hubungan mereka, bunga membuat aturan tertentu untuk X, X pun demikian juga. Dan mereka sama – sama menyepakati apa yang mejadi keinginan keduanya.
Dalam setiap hubungan pastilah selalu ada masalah. Demikian juga dengan hubungan X dan bunga. Mereka sering mengalami perbedaan pendapat dan salah paham. Dalam hal itu si bunga cenderung lebih marah-marah, entah dia yang salah atau pun X yang salah. Dan X cenderung minta maaf lebih dulu, bunga enggan minta maaf, dia mengaku “jaim” kalau harus minta maaf dulu. Walaupun seperti itu X selalu telaten dan sabar dengan sikap bunga yang keras kepala dan egois. Ketika jalan-jalan mereka bergantian mentraktir satu sama lain. Menurut bunga, sebenarnya X ingin dia saja yang mentraktir karena dia laki-laki sudah sewajarnya seperti itu, tapi tak demikian menurut bunga, bunga ingin juga sekali-kali mentraktir karena dia sungkan, jaim, dan tak mau dikatakan sebagai cewek yang selalu bergantung pada laki-laki, ataupun dikatakan cewek matre.
X tipe cowok yang sabar, itu pengakuan bunga. Hampir semua keinginan bunga dituruti oleh X. Bahkan saat libur X lebih memilih meluangkan waktu dengan bunga daripada dengan keluarganya jika bunga meminta untuk bertemu. X selalu mengedepankan bunga daripada apapun.  Menurut Bunga, X sangat menyayanginya dan dia selalu mengatakan ingin menjadi pendamping hidupnya kelak. Tak pernah ada kekerasan dalam hubungan mereka. Kalau kata-kata kasar iya, tapi itu hal wajar menurut bunga.